JURNAL EKOLOGI PERAIRAN
EKOSISTEM SUNGAI
Oleh :
ADE RAHMA SASMITA
11/318190/PN/12491
Budidaya Perikanan
Nama asisten :
Wisnu Adhi Susila
LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
INTISARI
Praktikum kali ini mengenai ekosistem sungai. Peraktikum ini menggunakan metode area plot persegi dari kayu yang berukuran 40 cm x 40 cm. Dari dalam plot tersebut ambil seluruh substrat dasar seperti batu, kerikil, pasir dan lumpur. Dari substrat tersebut kumpulkan makrobentosnya. Sungai yang menjadi lokasi praktikum adalah Sungai Tambak Bayan. Di lokasi praktikum dilakukan pengukuran kecepatan arus air, pH, suhu air dan udara, DO, CO2 bebas dan alkalinitas. Dilakukannya berbagai pengamatan perameter bertujuan untuk mengenal dan mempelajari karakteristik ekosistem sungai tersebut berdasarkan indeks diversitas biota perairannya. Pengukuran itu sendiri akan membantu praktikan mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur lingkungan dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan komunitas biota perairannya (makrobentos). Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 Maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai. Hasil data yang diperoleh dari pengukuran parameter di stasiun dua yaitu suhu udara 27oC, suhu air 26oC, kecepatan arus 64 m/s dan debit 4,5 m/s untuk paramater fisika. Untuk parameter kimia yaitu DO 6 ppm; CO2 8,7 ppm; alkalinitas 109,5 ppm dan pH 7,36. Dan untuk parameter biologi densitas gastropodanya adalah 0,22 ind/m2; makrobentosnya 162 ind/m2; serta diversitas makrobentos 1,5. Stasiun dengan kondisi perairan terbaik adalah stasiun satu yang berada di hilir Sungi Tambak Bayan.
Kata kunci : diversitas, ekosistem sungai, karakteristik sungai, makrobentos, substrat dasar.
PENDAHULUAN
Ekosistem merupakan tatanan secara utuh dari seluruh unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang kompleks antar organisme dengan lingkungan (Prawirohartono, 2004).
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjamg pengaliran oleh garis sempadan (Zakia, d. k. k., 2009). Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktifitas alam maupun aktifita manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS)(Lubis, d. k. k., 1993).
Sungai di Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna, mulai dari keperluan rumah tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi perairan dan sebagainya. Kebanyakan sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat berbagai aktifitas manusia ini masih merupakan sumberdaya prairan yang kaya akan organisme air (Widaningroem, 2010). Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan alir limbah merupakan dampak dari aktifitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat mrnyrbabkan perubahan faktor lingkungan sehingga akan berakibat buruk bagi organisme air (Suriawiria, 1996).
Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tetapi juga pada dasar air yang padat. Didassar air kehidupannya sangat terbatas karena ketersediaan nutrisi yang terbatas, oleh karena itu, hewan yang hidup di air dalam hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien yang terbatas, sekaligus bersifat batoleran (Isnaeni, 2002).
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor permbatasnya, juga mempelajari cara pengambilan data parameter fisik, biologik dan kimia. Dari berbagai pengambilan data itupun bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan serta untuk mempelajari korelasi antara parameter lingkungan dengan komunitas makrobentos yang ada di perairan tersebut.
METODOLOGI
Praktikum ekosistem sungai ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 Maret 2012 pada pukul 14.00 WIB sampai selesai. Tempat pelaksanaan praktikum kali ini berda di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Pada praktikum ini lokasi dibagi menjadi empat stasiun berbeda yang terletak pada penggalan sungai yang sama. Metode yang digunakan dalam praktikum ekosistem sungai ini adalah dengan plot kayu berbentuk persegi yang berukuran 40 cmx 40 cm. Dari dalam plot siambil beberapa substrat dasar perairan sungai lalu kumpulkan makrobentosnya dan diamati.
Alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah bola tenis meja, stop-watch atau arloji, roll-meter, meteran kain atau penggaris, termometer, botol oksigen, erlrnmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret (yang digunakan adalah pipet ukur, agar tidak repot di lapangan), pipet tetes, mikroburet, ember plastik, peterse grab, surber, plot kayu 40 cm x 40 cm, sikat halus, kuas halus, saringan (seine), mikroskop, kertas label, dan pensil. Pada praktikum ini juga diperlukan berbagai bahan untuk pengukuran paremeter yaitu kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan regan oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Methyl Red (MR), larutan indikato Phenolphphtaline (PP), larutan Methyl Orange (MO), larutan 0,01 N kalium permanganat, 6 N H2SO4, larutan 0,01 Asam oksalat dan larutan 4% formalin.
Pada masing-masing stasiun dilakukan pengamatan pada berbagai parameter lingkungan, yaitu parameter fisik, biologi dan kimia. Pengukuran parameter fisik adalah mengukur suhu udara dan air sungan dan mengukur kecepatan arus aliran air sungai dengan menggunakan bola tenis meja yang dialirkan dengan perhitungan waktu hingga jarak 10 meter. Pada parameter biologi kenali dan catatlah organisme disekitar lokasi pengamatan. Diversitas gastropoda dapat dihitung dengan rumus metode Shannon-Wiener :
keterangan :
H : Indeks keanekaragaman (diversitas)
ni : cacah individu suatu genus
N : cacah individu suatu genera
Pada parameter kimia di lakukan pengukuran derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlatur (DO), kandungan CO2 bebas, dan alkalinitas. Untuk pengukuran pH digunakan pH meter dan untuk pengukuran DO, CO2 dan alkalinitas dilakukan dengan titrasi dan dihitung dengan rumus :
keterangan :
Y : Banyak larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi
C : Banyak larutan 1/44 N NaOH yang digunakan untuk titrasi
C’ : Banyak larutan 1/50 N H2SO4 yang digunakan untuk titrasi (1)
D : Banyak larutan 1/50 N H2SO4 yang digunakan untuk titrasi (2)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan di Sungai Tambak Bayan yang dibagi menjadi empat lokasi stasiun berbeda dan berjauhan yang berada dalam satu penggalan sungai. Stasiun I terletak di daerah hulu dan stasiun IV berada di daerah hilir di tengah kota. Dari praktikum ini diperoleh data hasil pengamatan tiap parameter dan tiap stasiun. Hasil data yang di peroleh adalah sebagai berikut :
| Parameter | Stasiun | |||
| I | II | III | IV | |
| Fisik |
|
|
|
|
| Suhu udara (°C) | 27 | 27 | 26,1 | 26 |
| Suhu air (°C) | 27 | 26 | 28,5 | 26,3 |
| Kecepatan arus (m/s ) | 0,49 | 0,67 | 0,67 | 0,11 |
| Debit (m3/s) | 0,69 | 4,5 | 2,21 | 0,4 |
| Kimia |
|
|
|
|
| DO (ppm) | 6,38 | 6 | 6,34 | 4,1 |
| CO2 (ppm) | 9,5 | 8,7 | 10,3 | 13 |
| Alkalinitas (ppm) | 112 | 109,5 | 110,5 | 104 |
| pH | 7,15 | 7,36 | 7,7 | 7,5 |
| Biologi |
|
|
|
|
| Densitas plankton (idv/L) | 72 | 52 | 122 | 225 |
| Diversitas plankton | 2,43 | 1,97 | 2,65 | 2,34 |
| Densitas Makrobentos (idv/m2) | 312 | 162 | 6 | 69 |
| Diversitas Makrobentos | 1,24 | 1,5 | 0 | 1,24 |
| Densitas Gastropoda (idv/m2) | 34 | 0,22 | 20 | 1 |
| Cuaca | Mendung | Mendung | Mendung | Mendung |
| Keterangan | Tertutup vegetasi lebat Dasar perairan berbatu dan berlumpur | Tertutup vegetasi lebat Dasar perairan berbatu dan berpasir | Tertutup vegetasi lebat Dasar perairan berbatu dan berpasir | Tertutup vegetasi lebat Dasar perairan berbatu dan berpasir |
Di stasiun II terukur suhu udara sebesar 27oC dan suhu air 26oC, kecepatan arus air sungai di stasiun ini adalah 0,67 m/s dan debitnya 4,5 m3/s yang merupakan debit tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. DO yang terukur adalah 6 ppm, CO2 bebasnya 8,7 ppm dan alkalinitas airnya 109,5 ppm dengan terukurnya pH perairnya 7,36 yang termasuk dalam pH normal perairan. Densitas plankton di stasiun ini adala 52 idv/L dan diversitas planktonnya 1,97 yang merupakan densitas dan diversitas plankton terendah daripada stasiu lainnya, densitas makrobentosnya adalah 162 idv/m2, diversitas makrobentosnya 1,5 yang merupakan diversitas makrobentos tertinggi serta densitas gastropodanya, 0,22 idv/m2 yang merupakan densitas gastropoda terendah, densitas dan diversitas plankton serta densitas gastropoda menjadi data terendah daripada stasiun lain kemungkinan dikarenakan lokasi stasiun ini didekat jembatan yang mengakibatkan arus air sungai cepat dan tajam sehingga dapat mempengaruhi organisme yang ada didalam perairan tersebut. Kondisi perairan sungai di stasiun dua yang bercuaca mendung ini tertutup oleh vegetasi pepohonan lebat dan dasar perairannya berbatu serta berpasir.
| Parameter | Stasiun | |||
| I | II | III | IV | |
| Suhu udara (°C) | 27 | 27 | 26,1 | 26 |
| Suhu air (°C) | 27 | 26 | 28,5 | 26,3 |
Suhu udara tertinggi adalah 27oC yaitu pada stasiun I dan stasiun II dan suhu udara terendah adalah 26oC pada stasiun IV, di statiun III suhu udara yang terukur adalah 26,1oC. Pada teori yang ada dijelaskan bahwa “semakin tingginya kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu tempat, temperatur udara akan semakin ringgi” (Shyham, 2010). Menurut teori tersebut hasil pada data diatas tidak sesuai, faktor yang mungkin menyebabkan suhu semakin ke bawah malah justru semakin rendah adalah awan. Keadaan cuaca di empat stasiun memang sama tetapi mungkin di stasiun III dan IV lebih berawan (mendung) dibandingkan dengan stasiun I dan II. Suhu air yang terukur di stasiun I adalah 27oC, di stasiun II adalah 26oC, di stasiun III adalah 28,5oC dan di stasiun IV adalah 26,3oC. Suhu yang cukup tinggi di stasiun III mungkin disebabkan oleh kesalahan pada pengukuran, karena sangat mustahil jika suhu yang terukur di stasiun II dan IV memiliki rentan yang tidak jauh beda yaitu 26 oC dan 26,3 oC tetapi di stasiun III sangat tinggi yaitu 28,5 oC, suhu yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika di sekitar lokasi ada pembuangan limbah industri seperti tekstil atau semacamnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya lainnya yanga menyebabkan suhu perairan sekitar lebih tinggi.
| Parameter | Stasiun | |||
| I | II | III | IV | |
| Kecepatan arus (m/s ) | 0,49 | 0,67 | 0,67 | 0,11 |
| Debit (m3/s) | 0,69 | 4,5 | 2,21 | 0,4 |
Kecepatan arus yang terukur di stasiun I adalah 0,49 m/s, yang terukur di stasiun II sama dengan di stasiun III yaitu 0,67 m/s dan kecepatan arus yang terukur di stasiun IV adalah 0,11 yang merupakan kecepatan arus terendah di antara stasiun lainnya. Kecepatan arus di stasiun II dan III tertinggi kemungkinan karena lokasi stasiun tersebut berada di dekat jembatan. Di stasiun I pula terukur debit 0,69 m3/s, di stasiun II memiliki debit yang tertinggi dibanding stasiun yang lain yaitu 4,5 m3/s, di stasiun III terukur 2,21 m3/s dan di stasiun IV terukur 0,4 m3/s yang merupakan debit terendah. Di stasiun IV terukur kecepatan arus dan debit terendah mungkin dikarenakan lokasi stasiun ini yang berada di daerah yang sudah banyak pemukiman dan dimanfaatakan masyarakat sekitar.
| Parameter | Stasiun | |||
| I | II | III | IV | |
| DO (ppm) | 6,38 | 6 | 6,34 | 4,1 |
| CO2 (ppm) | 9,5 | 8,7 | 10,3 | 13 |
| Alkalinitas (ppm) | 112 | 109,5 | 110,5 | 104 |
| pH | 7,15 | 7,36 | 7,7 | 7,5 |
Parameter yang diukur berikutnya adalah kimia, DO yang diperoleh dari praktikum ini adalah 6,38 ppm di stasiun I, 6 ppm di stasiun II, 6,34 ppm di stasiun III dan 4,1 di stasiun IV. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa pada stasiun I memiliki tingkat DO tertinggi dan di stasiun IV memiliki DO terendah. Sesuai dengan pernyataan yang sering didengar bahwa semakin tinggi letak lokasi maka semakin tinggi pula DO dan semakin rendah letak lokasi maka semakin rendah pula DO yang terukur. CO2 bebas yang terukur dalam perairan sungai di stasiun I adalah 9,5 ppm, di stasiun II 8,7 ppm, di stasiun III adalah 10,3 ppm dan di stasiun IV adalah 13 ppm. Dari hasil data tersebut tingkat CO2 bebas yang terukur di stasiun I lebih tinggi daripada stasiun II, kemungkinan dikarenakan adanya kesalahan perhitungan karena menurut teori yang ada CO2 di tempat yang lebih tinggi lebih rendah dibanding CO2 bebas yang berada di tempat yang lebih rendah. Alkalinitas beperan sebagai buffer atau penyangga pH perairan agar di suatu perairan tidak terlalu asam atau basa dan alkalinitas tertinggi ada di stasiun I yaitu 112 ppm, lalu kadar alkalinitas di stasiun II adalah 109,5 ppm, di stasiun III 110,5 ppm lebih tinggi dari stasiun II dan di stasiun IV adalah 104 ppm. PH yang terukur di masing-masing stasiun adalah 7,15; 7,36; 7,7; dan 7,5. Dari penjabaran data tersebut diketahui bahwa kualitas perairan di stasiun I masih baik dan di stasiun IV sudah mulai memburuk. Seperti yang diungkapakan pada forum diskusi O-Fish bahwa “pH sangat penting sebagi parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaiksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu,”(2002-2003).
| Parameter | Stasiun | |||
| I | II | III | IV | |
| Densitas plankton (idv/L) | 72 | 52 | 122 | 225 |
| Diversitas plankton | 2,43 | 1,97 | 2,65 | 2,34 |
| Densitas Makrobentos (idv/m2) | 312 | 162 | 6 | 69 |
| Diversitas Makrobentos | 1,24 | 1,5 | 0 | 1,24 |
| Densitas Gastropoda (idv/m2) | 34 | 0,22 | 20 | 1 |
Parameter berikutnya adalah biologi, hasil yang diperoleh dari perhitungan densitas plankton di stasiun I adalah 72 idv/L, di stasiun II adalah 52 idv/L, di stasiun III adalah 122 idv/L dan yang terukur dari stasiun IV adalah 225 idv/L. Nilai diversitas planktonnya adalah 2,49 di stasiun I, 1,97 di stasiun II, 2,65 di stasiun III dan 2,34 di stasiun IV. Densitas makrobentos yang terhitung di stasiun I adalah 312 idv/m2, di stasiun II adalah 162 idv/m2, di stasiun III adalah 6 idv/m2 dan stasiun IV adalah 69 idv/m2. Diversitas makrobentosnya adalah 1,24 di stasiun I yang saman dengan stasiun IV, 1,5 di stasiun II dan 0 di stasiun III yang merupakan tingkat diversitas makrobentos terendah. Densitas gastropoda di masing-masing di stasiun adalah 34 idv/m2 di stasiun I, 0,22 idv/m2 di stasiun II; 20 idv/m2 di stasiun III dan 1 idv/m2 di stasiun IV. Di stasiun III makrobentos yang ditemukan hanya 1 ekor saja sehingga nilai densitas dan diversitas makrobentosnya sangat rendah. Dan pada stasiun II kepadatan populasi gastropodanya hanya 0,22 idv/m2 karena memang gastropoda di lokasi stasiun II ini tidak terlalu padat hanya 1 individu per 4,54 m2.
Keberadaan makrobentos dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Sehingga lokasi yang memiliki kepadatan makrobentos tertinggi memiliki kualitas air yang baik, dan jika sebaliknya kepadatan makrobentos rendah maka kualitas airnya buruk. Hal ini diperkuat dengan gagasan Pratiwi, d. k. k. bahwa “makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubung dengan perannya sebagai organisme kunci dalam jaringan makanan. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air (2004).
Lokasi perairan yang semakin mendekati hilir melewati pemukiman penduduk, semakin ke kota maka semakin padat penduduknya. Dan stasiun IV berada di tengah kota sehingga sungai pun tidak jauh dari pemanfaatan oleh penduduk sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Widaningroem bahwa “kebanyakan sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat berbagai aktifitas manusia ini masih merupakan sumberdaya perairan yang kaya akan organisme air. Sungai di Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna mulai dari keperluan rumah tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi perairan dan sebagainya” (2010). Tentang pemanfaatan sungai sebagai tempat buang air limbah juga diungkapkan oleh Suriawiria sebagai dampak dari aktifitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan faktor lingkungan sehingga akan berakibat buruk bagi kehidupan orgenisme air (1996).
Dari praktikum ekosistem sungai ini didapatkan informasi tentang kualitas air yang baik dan buruk, dapat mengetahui pula pencemaran yang mungkin terjadi.
KESIMPULAN
Dari praktikum ekosistem sungai yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
- Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana karakteristik ekosistem sungai, dan faktor-faktor pembatasnya yaitu DO yang sangat berpengaruh pada makrobentos didalam perairan. CO2 bebas, pH dan alkalinitas juga berpengaruh terhadap kualitas perairan sungai tersebut. Suhu dan kuat arus juga merupakan faktor pembatas karena mempengaruhi keadaan biota perairan.
- Mahasiswa memahami cara pengambilan tolokukur (parameter) fisik, kimia dan biologi di perairan Sungai Tambak Bayan.
- Mahasiswa mengetahui dan memahami korelasi antara parameter lingkungan dengan populasi gastropoda atau makrobentos yang ada di suatu perairan. pH air sangat mempengaruhi gastropoda atau makrobentos yang hidup di dalamnya, DO, CO2 bebas, dan alkalinitas pun juga sangat berpengaruh untuk kualitas air dan populasi biota perairannya.
- Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana kualitas air yang baik berdasarkan indeks diversitas. Jika indeks diversitas suatu daerah tinggi maka di daerah tersebut pula kualitas airnya baik, tetapi jika sebaliknya indeks diversitas rendah maka kualitas airnya buruk.
Kondisi stasiun II sanyat sejuk banyak pohon. Airnya agak bening arusnya lumayan deras. Menurut pandangan umum kawasan stasiun II merupakan daerah yang memiliki kualitas air baik.
SARAN
Pengamatan yang dilakukan seharusnya tidak hanya di sungainya saja. Pengamatan juga perlu dilakukan di daerah sekitar stasiun sungai seperti melihat perilaku masyarakat sekitar terhadap sungai, dimana merekalah yang menjadi faktor utama yang dapat mempengarui terhadap kualitas ekosistem sungainya, sehingga saat membuat pembahasan praktikan tidak hanya berpikir kemungkinan atau beranggapan saja saat ada data yang berlawanan dengan teori tanpa bukti yang pasti dalam penjelasan pembahasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Insaeni, W. 2002. Fisiologi Hewan. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Lubis, J., Soewarno dan Suprihadi, B. 1993. Hidrilogi Sungai. Jakarta : Departermen
Pekerjaan Utama.
Prawirohartono, Slamet. 2004. Sains Biologi kelas I SMP. Jakarta : Bumi Aksara.
Suriawiria, U. 1996. Air Dalam Kehidupan Lingkungan yang sehat. Bandung : Penerbit
Alumni.
Widaningroem, Retno. 2010. Bahan Ajar Pengantar Ilmu Perikanan. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.
Zakia, Neena, d. k. k. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Malang ; Universitas Negeri
Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar